Minggu, 01 Mei 2011
Budidaya Kroto Mesin Uang Langka Peminat
Peternak kroto, masih jarang jika tidak mau menyebut tidak langka.
Pengamatan lawupos.net di Pasar Burung Srijaya Madiun, saban hari permintaan berlimpah. Penggemar burung ocehan, segmen tetap kroto, selalu berebut. Berapa pun harganya, pasti ludes.
Ibaratnya, kroto boleh dibilang bisa dijadikan mesin uang. Penggemar burung ocehan, merupakan pemasok uang yang tak bakal ada habisnya.
Tapi sejauh ini, pedagang kroto setempat mengandalkan stok dari pamasok. Pihak pemasok sendiri, masih tetap mengandalkan alam. ‘Mereka mencari di hutan atau di alam bebas,” ujar Pak Bob, pedagang kroto di Pasar Burung Srijaya.
Dampaknya, jika alam lagi tak bersahabat, harga kroto meroket, tembus Rp 150 ribu/Kg. Dalam kondisi normal hanya dalam kisaran Rp 60 ribu hingga Rp 75 ribu/Kg.
Pertanyaan mendasar, kenapa sektor agrobisnis yang satu ini masih langka peminat bahkan belum ada yang melirik. Padahal, budidaya kroto relatif sederhana. Taruh tulang belulang di bawah pohon dan tunggulah beberapa hari, ribuan bahkan jutaan semut bakal tinggal disitu.(elpos)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar